STAIL Hidayatullah Surabaya Kampusku - Umar Ibrahim Vadillo - World Islamic Mint-World Islamic Trading Organization
Islam, tentu saja, kekal, maka sampai kapan pun Islam tetap sama. Dienul-Islam
telah dikukuhkan secara utuh sejak wafatnya Rasul SAW, dan tak kan berubah
hingga akhir zaman.
Kitalah yang
berubah. Kaum Muslimin yang berubah. Bagaimana kita mewujudkan dan menafsirkan
Islam berubah seiring dengan jalan sejarah dan dengan cara itu sejarah Islam
terbentuk. Untuk masa depan, penting bagi kita untuk bercermin diri dan
memahami apa yang harus diutamakan ketika kita berbicara tentang Islam. Apa
yang kita miliki bersama, yang kita ambil, kita pinjam, dari Rasul SAW, hingga
hari ini?
Pertama yang
penting kita pahami adalah bahwa Islam itu paripurna. Kita tidak bisa mengambil
sebagian saja dan tidak pula bisa mengambil di saat Islam belum utuh, apalagi
cuma penggalannya. Dari sementara orang
acap kita dengar bahwa saat ini zaman serba sulit, dan karenanya kita harus kembali ke masa Mekah. Namun pada periode Mekah Dienul-Islam belum lengkap. Dienul-Islam adalah Madinah menjelang akhir hayat Rasulullah SAW.
acap kita dengar bahwa saat ini zaman serba sulit, dan karenanya kita harus kembali ke masa Mekah. Namun pada periode Mekah Dienul-Islam belum lengkap. Dienul-Islam adalah Madinah menjelang akhir hayat Rasulullah SAW.
Kunci
Pemahaman: Ketaqwaan kepada Allah
Dengan
demikian, Islam adalah paripurna, semua ada di dalamnya dan siap untuk kita
gunakan. Perintah Allah pun kekal dan tidak akan berubah, kecuali, tentunya,
dengan KehendakNya. Perintah dan petunjuk yang diberikan pada kita, dan Syariah
yang kita miliki, adalah untuk selama-lamanya. Janji-janji yang Allah berikan
bila kita berada dalam Dienul-Islam pun bersifat kekal, dan dengan demikian
tetap berlaku di masa ini sebagaimana berlaku pada masa Rasul SAW. Tauhid Allah
Ta'ala juga berlaku sepanjang masa, tetap sama dari mulainya zaman, zaman kini,
zaman akan datang, hingga setelah zaman berakhir.
Jadi, yang
penting adalah bagaimana kita menempatkan diri dalam Risalah Islam yang luar
biasa ini. Islam tidak perlu diubah. Islam tidak perlu reformasi: kita yang
perlu direformasi. Hampir di sepanjang abad ke-20 sekelompok orang
menyuarakan perlunya reformasi Islam. Pernyataan mereka adalah bukti kesalahan
mereka sendiri karena yang harus direformasi bukanlah Islam, namun cara hidup
kita. Masa depan kita sebagai Muslimin tidak bergantung kepada perilaku kaum
kuffar. Masa depan Islam dan Muslimin tidak bergantung kepada kekuatan,
tipu-daya dan kelicikan mereka, dan ekonomi mereka - bagaimana mereka tampak
menguasai media komunikasi, kadang mereka ingin mengajari kita mengenai Islam-
tak sedikit pun ini mempengaruhi takdir kita. Kita tidak bergantung pada
mereka. Merekalah yang bergantung pada kita.
Dengan
demikian, kunci untuk memahami masa depan kita tidak terletak pada bagaimana
kita menafsirkan kejadian-kejadian terkini yang berada di sekeliling kita
ataupun dari zaman yang kita alami, namun terletak pada hal yang sangat halus
yang jauh lebih berpengaruh. Kunci untuk menafsirkan segala sesuatu, mengenai
diri kita dan sekitar kita, adalah hubungan kita dengan Allah Ta'ala. Inilah
kuncinya. Inilah yang akan menentukan sukses atau gagalnya kita dalam
melaksanakan tugas kita. Tugas kita kepada Allah Ta'ala amatlah sederhana namun
hasilnya luar biasa. Kita berada di sini hanya untuk menjadi hamba-Nya,
beribadah pada-Nya. Tidak ada tujuan lain. Masa depan kita, hidup kita, tujuan
seluruh hidup kita adalah untuk menaati-Nya, berserah diri pada-Nya, dan taqwa
pada-Nya. Taqwa pada Allah Subhanahu wa Ta'Ala adalah inti Risalah kita dan
inilah alat untuk menafsirkan hakikat dari rumitnya dunia di sekeliling kita.
Dengan alat asasi inilah kita bisa atau tidak bisa menghadirkan peluang bagi
diri kita sendiri untuk masa depan kita sendiri.
Dua bulan
sebelum saya dalam perjalanan guru saya Shaykh Abdalqadir menyampaikan beberapa
ceramah bertopik Tauhid dalam Qur'an. Salah satu kesimpulan kunci telaah beliau
adalah jika kita ingin tahu, jika kita ingin memahami hidup, jika kita ingin
memahami diri kita sendiri, kita perlu Taqwa. Kunci memahami dunia dan pembeda
antara Mukmin dengan kafir adalah Taqwa. Tanpa Taqwa walaupun anda punya
seluruh ilmu Dienul-Islam bahkan anda hafal shahih Bukhari, anda tidak otomatis
menjadi Muslim. Anda perlu sesuatu yang lebih mendasar dan lebih berpengaruh,
yaitu Taqwa. Taqwa sering disamakan dengan takut pada Allah, ini berarti anda
haruslah tidak takut pada apapun selain DIA.
Saya baru
kembali dari Dubai, di sana mereka akan memberi tahu anda, "Amerika,
Amerika, Amerika", anda harus mengatakan pada mereka, "Ya!
Tentu Amerika hebat tetapi saya tidak percaya dengan la haula wa la quwwata
illa Amerika Serikat - semata-mata karena itu tidak benar." Seberapa
pun nampak hebat dan cemerlangnya mereka, seberapa besar suara dan dusta
mereka, mereka tiadalah berkuasa, dan bukanlah sumber kehidupan saya.
Hanya dengan
menyebut La Haula wa La Quwatta illa Billah kita berpeluang memurnikan jalan
hidup kita. Satu-satunya peluang anda dalam hidup anda sebagai pribadi dan
sebagai anggota masyarakat Muslim adalah dengan memahami ini, yaitu memahami
Taqwa. Elemen inilah yang dapat melandasi pemahaman kita terhadap pernyataan
saya di atas, yaitu kita tidak bergantung pada kuffar. Kita pun tidak
bergantung pada keadaan dan urusan mereka, karena semua itu tidak penting,
karena semua itu hanyalah selain-dari-Allah. Kita bergantung pada seberapa jauh
kita menjadi hamba Allah. Dan dalam menjadi hamba-Nya, seluruh atribut dan jati
diri kita haruslah sirna. Atas maksud dan tujuan inilah kita berada di sini
sekarang, guna berbagi pengalaman, guna mencicipi perkara ini, guna maju terus
selangkah demi selangkah untuk paham apa yang diperlukan dalam menghilangkan
nafs kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat.
Satu-satunya
perkara yang dapat menciptakan masa depan yang sukses bagi Muslimin, adalah
dengan meniadakan jati diri kita, dari hal-hal yang tidak menjadikan kita hamba
Allah SWT. Apalagi di zaman sekarang, karena hampir semua perkara yang
menggolongkan kita sebagai selain Muslim, akan berlawanan dengan kita. Sebagai
salah satu contoh nyata, saya adalah seorang Afrika Selatan, seorang Indonesia,
atau seorang Palestina. Lihatlah penderitaan mereka. Sepanjang di atas
segalanya mereka bersikukuh menempatkan diri mereka sebagai bangsa dan budaya
Palestina, meniru-niru cikal-bakal bagsa Irlandia dan negara-negara nasionalis
lainnya yang berasas kebangsaan dan budaya, selama itulah permasalahan
Palestina tidakkan tuntas. Bertahun-tahun lalu bangsa-bangsa inilah yang
menulis konsep negara, bendera, lengkap hingga lagu kebangsaannya. Shaykh
Abdalqadir kerap menunjukkan pada kita hal ini, bahkan hingga kini di televisi
Arab setelah semua acara yang diprogramkan usai ditayangkan, apa yang kita bisa
simak dalam tayangan penutupan adalah upacara berdiri di hadapan bendera
nasional diiringi lagu kebangsaan.
Di London,
Inggris, dahulu pernah ada masa saat banyak orang dapat untung besar dari
menciptakan bendera dan lagu-lagu kebangsaan. Kini anda saksikan mereka berdiri
di hadapan acara konyol yang tidak masuk akal ini dengan kegembiraan dan
keharuan yang meluap-luap. Namun sebenarnya hal itu berlawanan dengan mereka
sendiri dan juga dengan kita semua baik secara individual maupun kolektif.
Islamisasi
Kapitalisme
Begitu anda
tanya pada mereka, mereka punya tesis dan sebab-musababnya, bahkan mereka telah
membuat sejarah sendiri, dunia mereka petakan menurut sesuatu yang dapat
menghasilkan uang. Begitu kita tilik lebih dalam, semuanya adalah riba,
semuanya haram, dari hulu hingga hilir. Dan ada di antara mereka yang berupaya
taubat dan menyelamatkan dirinya dari Api, apakah yang mereka lakukan? Mereka
mengislamkan kapitalisme.
Banyak dari
mereka setelah merengkuh gelar Doktor (PhD) dalam bidang ekonomi dari
universitas kelas tiga di Amerika Serikat, pulang ke negara masing-masing
jadilah mereka ekonom, dicupliklah dan dipenggallah shahih Bukhari dari sana
dan sini, jadilah bank dan asuransi diislamkan, bahkan muncul 'bursa saham
syariah'. Bagi mereka yang belum tahu, kini bahkan ada indeks Dow Jones Islami.
Walhasil, Microsoft pun telah dibuat 'sesuai syariah'. Kini, melalui mesin judi
bursa saham anda bisa turut ikut menanam modal Bill Gates secara halal
(tentunya dalam mata uang kertas dolar). Orang-orang seperti mereka ini
mengislamkan kartu kredit - bahkan apapun bisa diislamkan: konstitusi,
parlemen, hak asasi manusia, dsb, tidak ada yang tertinggal.
Pengetahuan
mereka digunakan untuk menentang kita. Keahlian mereka dalam membuat segala
yang ada di masyarkat berlaku bertentangan dengan kita. Satu-satunya yang dapat
membantu kita adalah identitas kita sebagai Muslim - persis identitas yang
mereka ingin hilangkan dari kita. Perkenankan saya untuk menyampaikan bahwa
jika kita bicara soal konstitusi Islam, sama saja konyolnya dengan bank
syariah, atau wiski Islami. Setiap kali kita mendengar konstitusi perlu kita
kilas balik 200 tahun lalu di Revolusi Perancis.
Konstitusi
adalah alat yang diciptakan guna menghapus identitas agama dalam negara, bahkan
inti konstitusi adalah anti-agama. Intinya sama saja dengan berujar, "Bukan,
bukan! Jati diri anda adalah pembayar pajak. Yang penting adalah kepada siapa
anda membayar pajak, mata uang apa yang anda gunakan serta dalam situasi dan
bidang apa saja anda kena pajak." Agama menjadi tidak bermakna,
sedemikian tak bermaknanya agama hingga pada intinya, toleransi adalah "agama
sudah tidak berarti lagi," dalam toleransi, 'muslim hindu', ini dan
itu, ataukah sekte konyol apa pun yang berasaskan teori apa saja, dipandang
setara dengan anda. Semua agama sama. Walhasil tidak ada agama. Ini berarti
satu-satunya agama yang ada adalah kapitalisme.
Tanggalkan
Atribut Palsu
Apakah yang
tersisa jika kita tanggalkan semua atribut-atribut palsu ini? Sisanya adalah
Dienul-Islam. Inilah bagi segelintir orang, namun cukup segelintir untuk
memimpin. Untuk membuka jalan. Untuk membenahi segala kesalahan yang terjadi
selama 300 tahun ini. Untuk menegakkan kembali Islam di generasi ini. Semua ini
bisa terjadi. Seorang yang belum bisa melihat bahwa semua ini bisa terjadi
adalah seorang yang telah kehilangan Dien-nya atau kehilangan sebagian
Dien-nya. Camkan kata-kata Rumi: "Seorang munafiq adalah orang yang
mengatakan 'Apa yang halal tidak bisa dilaksanakan'". Tentu saja yang
halal bisa dijalankan karena sebagaimana Rumi menyampaikan, bagaimana mungkin
Allah SWT memberi perintah tanpa perangkat melaksanakannya. Tentu saja Allah
telah siapkan segala perangkat dan jalannya. Bahkan, yang paling mudah
dilaksanakan adalah yang halal.
Resep
masyhur Rumi adalah, "Jika anda tidak mengerti, benturkan kepala anda
ke tembok. Jika anda masih belum mengerti juga, benturkan kepala anda lebih
keras lagi!" Karena kepala anda sudah tidak bekerja dengan baik.
Walhasil Islam bisa terjadi. Segala sesuatu yang kita butuhkan, dan yang anda
butuhkan sebagai individu, tersedia dan bahkan berada dekat sejauh jangkauan
anda. Mungkin saja ini nampak susah bagi anda namun anda harus memaksa diri
bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan guna meraih sukses dalam hidup anda dan
guna memimpin orang lain kepada sukses dalam Allah SWT, berada dalam jangkauan
anda. Bila tidak nampak, bukalah mata anda! Setiap anda bangun pagi paksalah
diri anda untuk melihat ini, sehingga anda akan dipaksa untuk melihat lebih
jauh lagi, begitulah seterusnya.
Anda akan
tahu anda sedang bergerak maju ketika anda sejenak melihat ke belakang dan bisa
berkata, "Ya Allah! Dahulu saya di situ dan kini saya di sini,"
memahami bahwa anda senantiasa dapat maju lebih jauh dan lebih jauh dan lebih
jauh lagi, dan bahwa ketergantungan anda pada selain Allah akan sirna seiring
dengan sirnanya diri anda sendiri. Lalu, apa yang sebenarnya sedang kita
bicarakan ini? Camkan bahwa semua rintangan yang akan kita hadapi secara
pribadi maupun secara kolektif sejak saat ini hingga sukses, penghujung sukses,
puncaknya sukses, yaitu tegaknya kembali Dienul-Islam secara utuh pada masa
ini, adalah rintangan yang kita buat sendiri.
Hakikat dari
rintangan-rintangan ini tidak lain tidak bukan adalah rasa ketakutan palsu
kita. Apa yang nampak ketika ada rintangan adalah diri anda sendiri, diperheboh
bak layar 'Imax'! Semua sudut pandangmu tertutupnya. Yang tadinya tersembunyi
menjadi nyata di hadapanmu bahkan anda dibuat repot dan berat menghadapinya.
Seorang Mumin tidak akan berhenti kala ada rintangan-rintangan seperti ini, ia
akan sadar dan tetap bergerak maju karena tahu bagaimana cara menghadapnya,
yaitu dengan menghadapkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, dengan
demikian satu pintu yang tertutup akan menjadi 20 pintu yang terbuka. Barulah
anda akan tercengang, "saya bergerak maju!" Inilah alat utama kita
dan hakikat dari perkara yang kita junjung dalam majelis ini - yaitu sirnanya
segala sesuatu yang mengikat diri kita beserta apapun yang kita sebut sebagai
diri kita sendiri, jati diri palsu yang terbuat dari sejarah dan budaya,
terbuat dari bayangan-bayangan palsu, segala sesuatu selain menjadi seorang
Muslim. Dengan sirnanya segala sesuatu inilah sukses dapat kita raih.
Apa yang
kita bisa lihat setiap kali kita lebih dalam di diri kita, setiap kali hubungan
kita dengan Allah SWT semakin dekat, apakah yang kita bisa lihat? Kejelasan.
Kejelasan. Dalam surat-suratnya Shaykh Darqawi berkali-kali menyampaikan
bagaimana caranya berdekatan dengan Allah dengan cara meninggalkan nafs kita,
beliau menerangkannya dengan berbagai cara bak pendekatan ilmiah. Bagi yang
ingin memperdalam hal ini berpalinglah pada Shaykh Darqawi. Menurut saya tidak
ada yang bisa lebih gamblang lagi bagi ummat sekarang.
Anda bisa
lihat, ia terus mengatakan, dengan cara yang luar biasa "Tanggalkan
semuanya! Tinggalkan semuanya! Sirnalah! Menghilanglah! Jangan sampai kalian
tempatkan diri kalian di atas kewajiban kalian!" Tanggalkan semuanya.
Kemudian ia berkata, "Yang akan kalian lihat adalah keyakinan.
Keyakinan. Keyakinan bak cahaya. Keyakinan pada "La haula wa la quwatta
illa Billah." Keyakinan itu sendiri, yang merupakan hakikat kenyataan,
bagaikan melihat seluruh alam dengan cara yang sama sekali berbeda. Segala
sesuatu yang sebelumnya bak penjara kini diputar-balikkan, segala sesuatu yang
tadinya rintangan menjadi solusi dan pintu yang terbuka lebar. Sebab, ingat,
semakin besar kesulitan yang kita hadapi - sadarilah bahwa ini hanyalah melihat
diri kita sendiri - kita harus sadar bahwa semakin besar pulalah jalan yang
terbuka.
Kita sepakat
bahwa saat ini kini benar-benar dalam situasi tidak biasa dalam sejarah Islam.
Kita belum pernah hidup tanpa adanya khalifah. Tugas mengembalikan Khalifah
memang nampak berat, namun seorang Mumin tahu bahwa beserta tugas yang berat,
tersedia pula jalan yang besar. Dengan kata lain Allah memberi hadiah besar
bagi generasi luar biasa sekarang ini, yaitu tugas menegakkan kembali
Dienul-Islam di masa sekarang. Ini hanya untuk orang-orang yang luar biasa.
"Inna
maa al-'usri, yusra" - beserta kesulitan ada kemudahan. Dan di dalam
kesulitan ini, ada kemudahannya. Bagi kita di zaman ini ada jalan yang
terbentang dan ada keuntungan besar, yang belum pernah dialami orang-orang
sebelum kita. Bagi mereka yang hidup di saat semua sudah siap tersedia tentu
saja ada keuntungan pula. Namun, apa yang akan terjadi adalah suatu yang luar
biasa khusus bagi orang yang luar biasa. Begitulah seharusnya cara pandang kita
terhadap urusan kita sekarang. Kejadian-kejadian akan beralir mudah, bak
membalikkan halaman-halaman buku. Tidak akan ada rintangan dalam membalikkan
halaman-halaman itu namun rintangan berada di dalam kita sendiri, bagaimana
kita membalikkan diri kita dan membuka kalbu kita sedemikian sehingga nampaklah
buku itu ada di depan kita, dan kita tinggal membalikkan halaman-halamannya.
Kesulitannya
tereletak dalam membalikkan diri kita, bukan sebelum itu, dengan kata lain,
memang apa yang harus dikerjakan tangan kita banyak, namun jauh lebih sedikit
dibanding apa yang harus dilakukan kalbu kita. Itulah sebabnya Shaykh Darqawi
mengomentari perkara ini sebagai berikut, "Urusan kalbu membuat urusan
anggota badan tidak berarti. Apa yang anda dapat balikkan dengan kalbu dan apa
yang dapat anda lakukan dengan kalbu membuat segala sesuatu yang dapat anda
lakukan dengan anggota badan tidak berarti."
Kekuatan
Kalbu
Maka,
janganlah anda menjadi seseorang yang ketika menimbang apa yang ia bisa lakukan
atau tidak, melihat diri dia sendiri dan berkata, "Apa yang saya punya?
Apa yang saya tahu? Memangnya aku siapa?" Jika anda begitu, anda tidak
akan bisa melakukan apa-apa, nol besar, janganlah waktu anda terbuang sia-sia,
percayalah pada saya. Kedua tanganmu tidak akan membawa anda melakukan apapun
dan ke manapun. Tapi ada satu alat yang anda miliki, alat satu-satunya yang
bisa membalikkan semuanya - tanpa kecuali! Hal-hal yang tidak dapat diubah
dengan tangan kita, walaupun secara berjamaah, dapat diubah dengan yang satu
ini, yaitu kalbu anda.
Kalbu
berkemampuan luar biasa, bisa membuat suatu yang besar dan raksasa menjadi
suatu yang kecil mungil. Suatu yang kecil dan tidak penting, menjadi agung dan
besar. Yang jauh jadi dekat. Suatu yang rapat hingga menyempitkan bak penjara
dan menghambat anda, dilempar balik atau jauh-jauh. Semua dapat anda lakukan
dengan kalbu, anda tidakkan bisa melakukannya dengan kedua tangan anda. Inilah
yang kita miliki. Inilah alat kita. Dengan inilah kita dapat maju. Dengan
inilah semua akan jelas dan nampaklah apa yang harus kita kerjakan. Semua
kejadian dan urusanmu akan terbuka dan terbentang dihadapanmu bagaikan hakikat
keseharian anda - seperti nafasmu, dan pembukaan-pembukaan akan hadir dan
terbentang di depanmu dengan cara yang tidak ada keraguan di dalamnya
sedikitpun. Anda akan tahu persis anda harus kemana. Semuanya akan hadir dengan
jelas dan gamblang.
Ragu adalah
sumber kekacauan kita. Sukses diraih dengan mengenali apa saja yang penting
kita ubah, mengenal rintangan-rintangan di hadapan kita, yaitu raksasa-raksasa
yang sebenarnya kita buat sendiri, seolah-olah ada kuasa menghalangi segala
sesuatu yang berhubungan dengan Dienul-Islam. Kita harus memahami bahwa dalam
setiap musuh dan raksasa kreasi kita sendiri, disanalah letak alat-alat kita
untuk menggapai sukses dan kemenangan. Kita harus paham bahwa kita bisa
membalikkan semua masalah besar menjadi solusi besar dengan sekejap mata, dan
tahu bahwa segala kekurangan dan kelemahan kita bisa dibalikkan menjadi
kelebihan dan kekuatan kita untuk maju.
Tidaklah
sulit melihat sisi mana yang dibutuhkan perjuangan Muslimin untuk langkah maju,
dan sisi tersebut terkait dengan sistem ekonomi yang ada sekarang. Sistem
ekonomi ini hampa! Apakah yang disebut sebagai sistem ekonomi? Riba!
Apakah riba itu? Riba pun hampa, namun telah menjadi agama dan menjadi tatanan
hidup segenap manusia. Apa yang saya pernah katakan mengenai konstitusi?
Konstitusi adalah hakikat dien (cara hidup) yang palsu, yang memaksa khalayak
untuk menurutinya tanpa toleransi.
Toleransi
hanya berlaku dalam agama-agama lainnya, tidak dalam agama kapitalisme.
Kapitalisme semena-mena dan tidak dapat ditawar. Kita tidak bisa menjumpai
manajer bank dan berkata, "Anda tahu, bulan ini aku tidak mau bayar
bunga karena aku tidak percaya dengannya. Aku ini sebenarnya ateis. Simpan saja
bungamu, aku tidak lagi mau membayar." Mereka tidak akan memberi
toleransi yang tinggi. Anda akan dipenjarakan, dan jika anda menolak, anda akan
dibunuh. Sejauh inilah dien mereka. Komitmen mereka total.
Metode
inilah pondasi kapitalisme. Jadi tidak heran jika kita katakan bahwa sebagian
besar yang harus diubah untuk masa depan kita adalah menjadikan Islam sebagai
penamat kapitalisme, dan bahwa kita akan memeranginya, bukan kristen. Kristen
sudah tamat. Tidak tersisa. Ada sisa sepercik romantika dan semangat. Mereka
tidak punya syariat, bahkan tidak punya apa-apa lagi.
Coba anda
tengok acara para evangelis di tivi, dalam lima menit saja anda akan bisa lihat
hakikatnya. Yang tersisa tinggal semangat dan emosi saja. Tangan diangkat,
disertai kelakuan-kelakuan buruk lainnya yang biasa mereka lakukan. Bagi yahudi
pun sama saja. Dalam Qur'an Allah berkata bahwa sebagian besar dari mereka
adalah ateis. Apalagi hindu, budha, atau kepercayaan baru lainnya, tentu tidak
perlu kita komentari karena semuanya hampa.
Kita Harus
Terjun, Harus Berubah
Kitalah yang
harus terjun. Kitalah yang harus berubah. Dan ini pasti terjadi, karena dalam
Quran Allah Wa Ta'Ala mengatakan dengan jelas dan lugas mengenai Riba. Pertama,
"Wa hallallahu-l-bay'a wa harama riba" - "Allah menghalalkan
perdagangan dan mengharamkan riba." Di sinilah Allah memberikan
perintah dan petunjuk kerja kepada kita. Ada yang haram dan ada yang halal.
Dengan demikian tugas Muslimin adalah menegakkan yang halal.
Kedua, Allah
mengingatkan kita bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menyatakan perang terhadap
riba dan mereka yang melakukannya, dengan kata lain sistem riba tidak akan
bertahan dan akan runtuh meski kita tidak bertindak apa pun. Inilah hakikat
yang kita sedang perangi. Riba hanyalah fatamorgana yang takdirnya akan runtuh.
Tentu anda enggan membangun rumah di atas khayalan, tentu anda mau keluar dari
bangunan riba ini. Ini akan bisa dilakukan oleh orang-orang yang sanggup untuk
meninggalkan riba guna balik pada yang akan menghadirkan sukses dan kemenangan,
merekalah yang akan memimpin di depan dan menjadi contoh bagi yang lain.
Dalam waktu
dekat kita akan melihat krisis kapitalisme terbesar di dunia. Krisis besar
kapitalisme yang pernah terjadi, pada 1929, akan nampak kerdil dibanding krisis
kapitalisme yang kita akan lihat nanti. Krisis 1929 dikenal sebagai pemantik
perubahan total tatanan dunia dan politik, yang membawa fasisme dan Hitler di
Jerman, mengubah gambaran politik dunia, ini akan terulang lagi namun dalam
skala yang jauh lebih besar. Krisis mendatang akan erat dengan dolar, keuangan,
dan sistem-sistem khayal AS - yang ironisnya telah diislamisasi oleh sebagian
orang- yaitu bursa saham dan semua mesin judi fantastis lainnya. Semua ini akan
luluh lantak. Dalam kejadian-kejadian itulah dan di tahun-tahun yang akan
datang Islam akan menjadi kekuatan, dan lebih perkasa. Mengapa? Karena fasisme
yang dahulu muncul bukanlah solusi, fasisme adalah bagian dari kufur.
Islamlah
yang akan muncul sebagai suara baru dari peristiwa ini. Kitalah yang akan
menyiapkan jalan, menyiapkan diri untuk menghadapi peristiwa ini, membangun
'sekoci penyelamat' yang akan sangat anda butuhkan setelah peristiwa ini, sebab
krisis itu akan meluluh-lantakkan tatanan ekonomi kosmetis yang kita jalani
saat ini. Semakin bergantungnya anda pada perangkat teknis tatanan ini, semakin
menderitalah anda. Mereka yang dekat dengan pusar Eropa dan Amerika akan lebih
menderita dibanding, misalnya, mereka yang berada di Albania.
Ketika
krisis ini terjadi, orang-orang di Albania akan lebih bisa berkomentar, "Tadi
kamu sebut ada krisis di bursa saham mana ya? New York?" Komentar
seperti ini tidak akan terlontar dari mereka yang tinggal di London, misalnya.
Orang-orang yang telah menjadikan sistem ekonomi kosmetik ini sebagai mata
pencaharian pun tidak akan mampu berkomentar seperti itu. Hanya segelintir
orang yang siap. Segelintir orang ini akan jauh berada di depan dan orang-orang
inilah yang akan membangun alat-alat yang bisa membawa kita melampaui krisis
ini.
Pentingnya
Berjamaah
Di saat itu
anda akan memerlukan sebuah komunitas. Kini mudah saja anda berkata, "Tidak,
saya tidak akan bergabung dalam sekte dan kelompok manapun. Sendirian saya akan
baik-baik saja." Jika anda Muslim, pernyataan itu tidak masuk akal.
Bila anda seorang Muslim, anda butuh seorang Amir dan Amr agar dapat tergabung
dalam sebuah komunitas. Kita tidak punya moralitas pribadi seperti kristen,
kita punya realita sosial. Secara perorangan kita tidak akan bisa apa-apa.
Peristiwa yang akan terjadi akan merontokkan kita dan mengombang-ambing diri
kita ke kiri, ke kanan, ke tengah, sama persis dengan orang-orang lain.
Sebagai
jamaah, kita akan bisa menghadapi krisis ini. Bisanya bergabung dan bersatu
sudah bukan pilihan lagi namun sebuah kebutuhan. Saya gembira dengan kebutuhan
ini karena meski saat ini sebenarnya persatuan sama saja dibutuhkan sebagaimana
di masa datang, kondisi krisis ini akan memaksa Muslimin untuk sadar, terutama
bagi mereka yang sampai saat ini masih bergantung di pinggiran, asyik dalam
lakon "saya adalah Muslim mandiri," yang kerap membuat aturan
mereka sendiri, menentukan masa depan sendiri, dan lain sebagainya persis
sebagaimana moralitas pribadi yang bisa kita temui di khalayak kini.
Membangun
sebuah komunitas (jamaah) menjadi kebutuhan. Murabitun adalah satu dari
segelintir orang yang memperhatikan ini, orang-orang yang menggabungkan diri
membentuk komunitas. Salah satu dari segelintir yang menegakkan Amr di masa
ini. Kami pun menempa pemahaman mendalam mengenai jati diri kami dan komunitas kami,
menggairahkan kembali ilmu tasawuf, membawa tasawuf dari masa lalu menjadi
jalan penerang bagi zaman gelap ini guna menyongsong hari baru saat kita akan
menikmati kembalinya Khalifah, dan kita bisa lihat kembali satu ummat - bukan
27 - dengan satu bendera, dan satu Syahadat.
Satu ummat
yang berkumpul karena Allah, demi menegakkan Syariah-Nya. Sebuah ummat yang
akan mereformasi dunia, karena dunia tidak perlu mereformasi Syariat. Syariah
adalah alat utama dan hakikat keberadaan kita. Dan kita akan sanggup
menyerahkan segala urusan kita, sejauh kita bisa menghapuskan seluruh jejak
budaya palsu yang kita bawa hingga kini, baik secara kolektif maupun
inidividual. Kita akan membangun satu identitas yang akan membuat kita menjadi
manusia sejati, yaitu menjadi hamba Allah, yang patuh pada-Nya, yaitu seorang
Muslim.
mantabs blognya akhii,,
BalasHapuskembangkan terus ya,,
oh ya jalan2 ke blog BEM ingsyaAllah ada info yg bermanfaat,,,
wassalm,,